Daftar Blog Saya

Rabu, 17 Oktober 2018

It's Okay being alone

Di tengah ramainya jamaah pengajian Ustad Adi , teman saya tiba-tiba mengajak saya untuk nonton setelah kajian. Ketika kami sedang duduk di depan masjid, seketika itu pun yang tadinya tidak terlalu ramai, menjadi sangat ramai oleh orang-orang yang sedang menunggu Ustad Adi. Kami pun akhirnya ngobrol karena yang ditunggu belum juga hadir. Saya iseng nanya , pernah nonton film bioskop sendirian? dan semua temen saya menjawab "enggak pernah" dan tentu saja mereka balik nanya, emang udah pernah? 

Ini mungkin saya yang aneh kali ya , saya beberapa kali pernah nonton sendirian dan emang rasanya enggak seseru ramean. Niat banget yak, sampe segitunya. Rata-rata saya nonton film yang diangkat dari novel yang dijadiin film. Karena emang suka sama versi tulisannya , makannya penasaran dengan filmnya. Sampai suatu ketika ngobrol sama senior tentang buku yang difilmkan dan beliau bilang enggak tertarik sama sekali sama buku yang diangkat ke layar lebar. Cukup baca bukunya saja. Karena kalau nonton filmnya, pasti bakalan berbeda. Setelah itu cara pandang saya sedikit berubah, enggak terlalu menggebu banget. Karena memang benar si, pasti bakalan berbeda banget. Tapi kalau menurut saya juga enggak ada salahnya juga nonton. 

Sendiri........

Mengapa orang-orang takut berjalan sendirian ? 
Jawabannya mungkin karena merasa aneh ,enggak ada teman ngobrol atau kalau melakukan perjalanan sendirian terkadang bisa jadi kita takut nyasar. 

Saya malah seringnya wara-wiri sendirian. Ini mah keseringan hahaha.........

Suka dateng ke acara yang kalau menurut saya "worth" ya gapapa dateng sendiri atau sekedar jogging, berenang, kondangan, jalan-jalan. Suka susah soalnya kalau janjian huhuhu...

Tapi ada kalanya emang kalau lagi males sendirian ya ga dateng . 

Kalau menurut saya, suatu waktu ketika umur kita bertambah dan memiliki keluarga. Mungkin hal-hal ini akan dirindukan. 

It's okay being alone 
Sometime you need it 
But sometime you need someone to share that moment , with best friend , family or colleague. 

In the crowded we can be lonely
But maybe , in silence we don't feel alone 
Sometime....?











Senin, 06 Agustus 2018

Nulis Diary



Waktu itu saya dan temen saya sedang mencari buku, berhubung baru inget kalau buku diary udah abis di rumah. Jadilah sekalian beli buku diary dan post it. Temen tiba-tiba komentar 

“Masih nulis diary, nis” 

Saya jawab “masih” walaupun mungkin enggak nulis di diary sesering jaman sekolah dulu. Saya memilih-milih nyari yang simple aja. Dan ternyata di diary lama memang enggak banyak yang saya tulis, karena lama juga enggak penuh-penuh, hehe. 

Entah kenapa, menulis itu udah kaya kebutuhan. Entah hanya mengeluarkan unek-unek, menyimpan ide, menyimpan informasi, mencatat hal-hal yang mungkin menarik. Setelah dipikir-pikir saya rasa, kalau tidak mencatatnya dan hanya mengandalkan memori di kepala rasa-rasanya lebih banyak yang menguap. 

Karena sadar , memori ini terbatas dan gampang lupa. Saya berharap saya bisa mencatat hal-hal apa saja yang ingin saya catat . Sehingga ketika saya membaca ulang, saya bisa mengingat kenangan-kenangan tersebut. Kadang jadi bisa ngehibur diri sendiri dan menjadi nasehat diri.
Dan hal yang paling saya sadari mungkin saat-saat ini yaitu jarang membuat cerita setelah melakukan perjalanan. Ini efeknya, jadi lupa setelahnya. Mulai dari rute jalan dan hal-hal detail lainnya. Padahal ini penting banget.  Atau mungkin cukup mencatat hal-hal pentingnya saja. Pantas saja penulis biasanya pasti selalu rajin mencatat. 

Malahan ada juga yah yang rajin ngedecor buku diary nya. Mulai dari gambar, tempelan-tempelan, doodle dll. 

Atau kita bisa juga bikin lebih unik dengan buku diary bikinan sendiri. Dulu waktu SMP, saya suka ngumpulin kertas bergambar dan berwarna terus cover nya saya bikin dari kain setrimin yang udah disulam. 

Jadi ,Sudah berapa lama kita tak bercengkrama dengan kertas-kertas yang masih kosong itu ?
--Chaiyyo(^.^)--

Rabu, 18 Juli 2018

Keseruan Berburu Buku di Big Bad Wolf




Beberapa bulan yang lalu akhirnya bisa juga kesampaian untuk pergi ke Big Bad Wolf di BSD Tangerang, dan untungnya ada temennya. Nah sebenarnya udah lama pengen cerita ini tapi entah mengapa akhirnya hanya mengawang-ngawang saja di kepala.

Seperti layaknya di bazar-bazar buku lainnya , tentunya kita akan menemukan banyak tumpukan buku-buku tapi kalau menurut saya, setiap bazar buku itu pasti punya style beda-beda entah itu IBF, IIBF, bazar buku di daerah dan tentunya Big Bad Wolf ini. 

Bagi pecinta buku, pasti biasanya mungkin sudah hafal dengan event-event ini dan kapan event-event tersebut diadakan. Tapi menurut saya sendiri perlu banget sih, buat siapin budget, soalnya bakalan banyak buku-buku menarik berkualitas yang sayang banget kalo kelewat gitu aja kesempatannya. 

Tempatnya luas banget dan enggak disekat-sekat ruang gitu, cuma ada keterangan-keterangan genre bukunya. Kita cuma tinggal bawa keranjang belanja beroda yang siap kita bawa kemana-mana. Beda banget kan ketika kita ke IBF misalnya, yang biasanya banyak ruang-ruang dari berbagai penerbit. Kalau ini nyampur aja gitu, diibaratin kaya toko buku super gede tapi ga pake rak buku. 










Nah, pas kesana ternyata emang rame banget, makin sore makin banyak orang. Saya ambilah itu keranjang dan mulai mengitari buku-buku. Salahnya saya waktu itu, ngerasanya kaya di toko buku biasa gitu yah, nah sedangkan ini kan luas banget dan banyak. jadi saya tuh muter-muter dulu tanpa naro bukunya kalau saya merasa tertarik, lah otomatis itu keranjang saya  bawa muter-muter tapi kosong , eleuh-eleuh kumaha eta kan enggak praktis banget yak. saya cuma inget-inget owh saya suka nih sama buku A, saya taro dulu nanti saya balik lagi gitu. Pas kita nyari buku kan kita baca bener-bener depan belakang, kalau ada yang sudah terbuka bisa lihat isi-isinya dan ini membutuhkan waktu yang enggak sebentar. Sedangkan dari serang ke BSD itu numayan jauh, jadi sangat terbatas waktunya. 

Waktu pun enggak kerasa udah mulai sore, setelah muter-muter sana-sini ternyata saya lama banget di buku Craft , gila ini sih surga dunia saya banget nih. saya buka satu-satu, rata-rata isinya gambar, dan jenis buku impor. jadi saya lihat dulu kira-kira saya perlu enggak nih di buku craft, karena emang kita punya banyak pilihan jadi harus memprioritaskan yang paling disukai saja dan dibutuhkan. Bukunya dari harga jutaan, ratusan hingga puluhan ada deh pokoknya. 

Ceritanya pas waktunya mepet mau pulang, saya baru kelabakan buku-buku yang mau saya beli masih di tempat semula belum saya ambil ke keranjang. Ini pengen ketawa sebenarnya, di waktu yang mepet itu saya langsung pontang panting nyari buku-buku nya. Ada yang ketemu dan ada juga yang enggak, saking udah bingungnya saya pun , ngambil buku berdasarkan merk depannya, misalnya Best Seller, International best seller yang intinya itu buku recomended banget buat dibaca, padahal enggak tahu pengarangnya dan baru liat juga. Soalnya saya kalau nyari buku suka gitu sih, kalau best seller biasanya bagus padahal mungkin enggak gitu juga yak. Apalagi yang buku impor, asing banget kayanya mau nyari pengarangnya siapa gitu. jadi dilihat isinya dan kalau novel liat best seller apa enggaknya, absurd banget emang.

Kelebihannya di Big Bad Wolf ini kalau menurut saya adalah , miringnya harga buku-buku impor. Kalau harga aslinya lumayan jauh banget sama banyak banget buku-buku anak yang menarik. Banyak gambar-gambar, cerita, dan permainannya. Dan disini lebih lengkep, mau buku genre apa aja ada. Cuman memang kita harus pinter-pinter juga atur waktunya, walaupun udah di-list bisa buyar deh kalau udah di tempat. 

Jadi memang kita muter-muter sambil ambil buku yang menarik gapapa walupun menumpuk banyak. Nanti akan di sortir pas mau ke kasir, kita bisa pilh-pilih lagi. Jadi tidak harus dikembalikan ke tempat semula, jangan salah strategi kaya saya, kelabakan jadinya. haha...Seruu...





Senin, 09 April 2018

Apakah penting memiliki tujuan?

Di suatu pagi yang selow , ketika saya sedang melakukan hal lain dan ketika televisi sedang menyala, saya sebenarnya sedang tidak menonton hanya mendengar dari kejauhan saja. Tiba-tiba saja tema yang dibicarakan pembicara dan host TV ternyata menarik saya untuk mendengarkan lebih lanjut tentang "Tujuan"

"Tujuan itu bukan untuk dicapai, tetapi untuk dijalani" (anonim)

Berhubung saya sendiri tidak menyimak dari awal, jadi saya tidak tahu pematerinya siapa dan sebagai apa ditambah tidak ada keterangan di layar kaca. Dari yang saya simak, saya menebak mungkin sepertinya pematerinya adalah seorang konsultan. 

Disini menarik sekali, beliau menjelaskan bahwa tujuan itu jikalau misalkan tentang pencapaian, maka kita akan berpikir "lantas apa yang akan kita lakukan jikalau sebuah tujuan itu telah kita capai? " atau kebalikannya mungkin akan terasa berat ketika tujuan itu tidak dapat kita capai. 

Ketika kita ingin mencapai tujuan misalkan ingin berpengaruh terhadap jutaan orang . Tujuan itu ya dijalani. Dengan langkah-langkah yang kita lakukan , mungkin prosesnya tidaklah cepat. Tapi ya karena memang harus dijalani, maka tidak akan membuat kita berat dan merasa frustasi , mungkin itu kira-kira hal yang bisa saya simpulkan. Beliau memang menitikbertkan bahwa "mengenali tujuan itu penting". 

Beliau pun bercerita , dan menurut saya ceritanya "ngena banget " dan ceritanya didengar dari temannya.

x:  "kamu bayangkan ada seekor tikus dan kucing dalam ruangan ini, dan mereka sedang berlarian. Si kucing sedang berlarian mengejar tikus"
y:.............
x :"sudah kebayang"
y:" iya"
x:"apa yang kamu pikirkan"
y:"Kucing sedang mengejar tikus"
x: "Suatu ketika, kamu hanya melihat kucing yang pontang panting berlarian tapi tidak melihat tikus di sekelilingnya "
y:"Apa yang kamu pikirkan?"
x:"Kucing itu sedang ngapain? mengejar apa? gilak kali ya pontang-panting enggak jelas"

Diibaratkan tikus itu adalah tujuan, dan kucingnya itu adalah seseorang yang sedang mengejar tujuannya, kita yang melihatnya akan merasa itu adalah sesuatu yang wajar karena kita bisa melihat tujuannya. "Kucing mengejar tikus"

Bagaimana jadinya pada cerita kedua? kita tidak dapat melihat tujuan orang tersebut. Apa yang sedang dia lakukan? Ko memilih jalan yang berbeda, kenapa begini , kenapa begitu, kenapa enggak memilih jalan x atau kenapa memilih jalan y yang sepi dan sederet pertanyaan yang tidak akan pernah kita pahami. Disini kita paham bahwa setiap orang memiliki tujuannya masing-masing yang terkadang memang tidak kita pahami sepenuhnya oleh orang-orang di sekitarnya yang sedang melihatnya. Karena setiap orang memang punya tujuan dan bayangan yang mungkin orang lain belum tentu bisa menerjemahkannya. Dan disinilah pentingnya komunikasi dengan orang-orang terdekat kita, misanya keluarga kita. Kenapa kita mengambil keputusan x , dan mau ngapain? Ini harus kita jelaskan. Walaupun mungkin awalnya sulit, jikalau kita bisa mengkomunikasikannya lama-lama orang-orang terdekat kita akan melihat maksud yang ingin diwujudkan tersebut.

Pernah dengar cerita Jack Ma membangun Alibaba.com? 
Beliau punya keyakinan tentang apa yang diimpikannya dimana orang-orang disekelilingnya tidak bisa meneropong apa tujuan Jack Ma , enggak nyampe apa yang dibayangkannya. 

Apalagi internet pada masa itu masih terasa begitu asing, hingga yang mempercayai Jack Ma ini hanya segelintir orang saja. Mungkin cerita lengkapnya bisa di cari di youtube atau ke mbah google , hehehe

Saya membayangkan Seorang Jack Ma yang menurut saya tanpa keyakinan dan kerja keras mungkin tidak akan bisa mewujudkan apa yang diimpikannya. Pada tertawaan dan cemoohan orang-orang yang mungkin belum paham arahnya waktu itu. Tapi waktulah yang menjawabnya dan enggak semua orang  mau berjuang dan bertahan pada apa yang diyakininya bahkan gampang tumbang hanya karena tidak dipahami oleh orang lain. 

Suatu ketika kaka saya juga pernah mengatakan
"Jikalau sedanng punya tujuan , pegang tujuannya jangan lihat perjalanannya"

Enggak gampang memang ketika kita sedang menuju suatu hal, tapi semoga apa-apa yang sedang kita perjuangkan di dalam prosesnya yang mungkin tidak mudah tidak membuat kita gampang menyerah. Karena tujuan itu punya waktunya untuk bisa terwujud, bisa cepat atau bahkan lambat. Tapi jikalau kita terus berjalan, sebenarnya jarak itu akan terus melipat hingga mendekat.